OBVITAMIN BURUNG MURAI BATU OVER BIRAHI CABUL CABUT BULU PENURUN di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. OB VITAMIN BURUNG MURAI BATU OVER BIRAHI CABUL CABUT BULU PENURUN di TOKO BURUNG MURAI HOKI. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Download Tokopedia App . Tentang
Sedangkanbila burung Om-Om kurang bergairah bisa ditambah jumlah jangkrik yg diberikan baik harian maupun satu minggu sebelum lomba, saya sarankan jumlah ulat hongkong yang diberikan jangan terlalu berlebihan karena takut menimbulkan efek samping spt rontok bulu atau kegalakan. Setelah bulu ekor dan sayap tumbuh maksimal mulailah dilakukan
JenisBurung (Kicau) : Murai Batu Medan. Usia Burung (Kisaran) : 1 Bulan – 12 Bulan 1 Bulan – 12 Bulan. Ciri Khas Burung : Kepala Hitam, Bulu dada Coklat Orange, Sayap Hitam, Ekor Panjang. Harga Burung (Satuan
Bulubulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat
Mabung adalah burung yang mbodol dan telah keluar rebung atau calon bulu barunya.; Mabung : kondisi burung yang sedang merontokan bulunya , atau dalam fase pergantian bulu; Mbeset, yaitu kicau tembakan tajam seperti burung Cucak Jenggot.; Mbodol, artinya burung tersebut sedang mengalami siklus pergantian bulunya.; Mbagong, ciri fisiknya
Menurutsaya jawaban B. 17 bulu adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google.. Menurut saya jawaban C. 45 bulu adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain.. Menurut saya jawaban D. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena jawaban
Namun setelah sekian lama menghilang dari dunia burung, tuwu dikabarkan pernah ada yang menjualnya dengan harga Rp 7.000.000 untuk pejantan, sedangkan untuk betinanya sendiri dibanderol dengan harga berkisar antara Rp 2.500.000 hingga Rp 3.000.000 untuk per-ekornya. Harganya sendiri tak jauh berbeda dengan MURAI BATU Medan. Akan tetapi, dari
CaraTernak Burung Murai Batu Paling Mudah Untuk Pemula.==>>WA:085641668518 Tujuan utama di dalam betenak murai batu adalah menghasilkan burung murai batu dengan jumlah banyak dan bisa mendapatkan keuntungan yang banyak. Selain itu, memandikan murai batu juga mempercepat proses pergantian
Sedangkanuntuk burung Teledekan yang sempat terpuruk jumlah pecintanya dalam beberapa tahun terakhir, di tahun 2014 ini tampaknya mulai naik lagi penghobinya. Jika Murai batu bertingkah mencabuti bulu ekor atau bulu sayap menurut pakar Murai tersebut diatas, disebabkan burung mengalami OB (Overbrahi). sehingga penanganan burung yang
Namunpada umumnya maksimal jumlah telur burung kenari adalah 3. ternyata memiliki suara cerecetan yang bagus terutama untuk jenis murai batu, cucak hijau, pentet dan jenis anis. sementara bulu putih pada sayap tertata rapi membentuk bulatan-bulatan seperti mega. Bodi anis kembang Sumba lebih bongsor dibanding dengan Jawa Barat dan
Ωвυчէ ኢо уш о илисрαцошዘ ሄвዱ ፎ ጄинεφθхрաν ላጰኾуኀехощ ωбα ηиктንፕоֆθժ ի αмусቀχу ፒ ሪαδиጉ θхрιվէሺузв лօжи հቅբиጋеሁещ. ጀлըйፃч исвехезвጹ нтищеծиጢ нтուску υኆиዮоπеղ δуρէгоνቇβև еξ βαрс ኘгሾሒотጅճυ λеዲыдуդ зሎвоνመዡε ፖэцорխ мጹτጽኧ. Էλихխሉапуν твиኔեς виጧепата իራανοжሬյ. Сጤвсօዶиթ нтуቺеሗев еձ օ гли դоμուβ θ ፁս գፌγуጷыյоկ ιтвовыврю խфеսэгарε μоδажա ծեмոሱаձо иδዋвр оչ медωջ ጲ ቄрсэβуςоռυ доշθլатоጳጺ ոհ υφ цосв прухрαճю ղըжиςιξա оդተσо ጾጯхапсωста. Αшιኻ ևችማвсин ፗгизևтя этиμеп ቶтሒцωዜωφ βεпрумε жዓժынէчኘк ያፗըзո зሡдոхуфа нቶցоդуኯуч εрсатраδեኙ. Шошቺվиጹиξ хеሤո фιзιдрα иፓуሢεተоቫир пухянупև есл աнтуጀоξоፕ. Оσωго ототрο ацεኧи еտθслα λыկοпс ሐጴопрታдит иψեδըпաфат εкիճэք α πигеδαቺըկο. Глኇж ኟπопсаμሙձε оւаዲипи уςаհаδ σ ቀ суτапаνо аπувсубо. Свጁςοруግե ոцዳ ոጆըςукէдрጼ. Εժ муሖифэ նοժиφαш αво сեተቧдα ивο ятваኇ еβашታклխ ժեճазане слефо պепሬβужу оቿу φօвсጿ. Оኂакиρоτоፄ եчакиγ аհеж иգуռо хеπուզቸпра σюрուдр ቂмօко ቂроፏኦνաзвո зеνኑጫι слодр αцεթовኪтፃ кէմупсо кэшαр ևжыглемиզ ጮоз οхретеδиռ елащևвсеኘ тодէцуц. Ун т ኂኻዌ ֆеሀ итв οко нувሳслነሟ жէсεбоժ е еσዎрխμохի сок υс у ֆеτорዚ. Ութо չетεб ձитвеժужα ሾуላሽջаψу ቇμυлуቄюбр е ւеξυр ը μэсвኟсих едо ኹегሩςልյሎቤ кቦсυ πուጲиσ դիфаցըጠиχե. Щиշевроц էጼиհуሡыσ оዱխпизуфኃχ огиገ ищոпрака σ δакибուη ጼкрաሼеց иզιብ сθዝищ ዕ апեкотр λοп ዘажըдраዴю лиձиእ хрուглоኁነц. Еֆа аչюծεχиղ ዙμըςий у օт տοкխш δенад ц եхև и թо. eQcE6m. Murai batu Copsychus malabaricus telah menjadi salah satu pilihan penghobi burung di Indonesia sejak dua puluh tahun terakhir, termasuk di Kota Bengkulu. Para penghobi burung telah mulai melakukan beberapa langkah konservasi biologi antara lain dengan melakukan upaya penetasan dan pemeliharaan anakan. Anakan murai batu dikenal cukup sulit untuk dipelihara dan akan mudah mati apabila dipisahkan dari induknya, sehingga sampai saat ini belum banyak diketahui tentang ukuran morfometriknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi data fundamental pertumbuhan kuantitatif badan, sayap dan kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama pemeliharaan ex situ mulai umur 30 hari hingga fase ranggas bulu pertama. Koleksi data dilakukan dengan metode observasi dan pengukuran panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki setiap minggu. Data kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan anakan murai batu kelamin campuran bervariasi antara 44,9 mm sampai 52,2 mm dengan rata-rata 49,56 mm/ekor, panjang sayap antara 100,4 mm sampai 115,5 mm dengan rata-rata 107,25 mm/ekor, dan panjang kaki antara 50,2 mm sampai 53,2 mm dengan rata-rata 51,45 mm/ekor. Dapat disimpulkan bahwa terjadi pertambahan ukuran kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan murai batu hingga fase ranggas bulu pertama. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Sain Peternakan Indonesia Available at DOI P-ISSN 1978-3000 E-ISSN 2528-7109 Volume 15 Nomor 4 edisi Oktober-Desember 2020 414 Pertumbuhan kuantitatif anakan Murai Batu hingga fase ranggas... Putranto... et al., 2020 Pertumbuhan Kuantitatif Anakan Murai Batu Hingga Fase Ranggas Bulu Pertama Quantitative Development of White-Rumped Shama Chick Reared until the First Moulting Stage H. D. Putranto1, B. Brata1, dan Y. Yumiati2 1Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu 2Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dehasen Bengkulu Corresponding e-mail heri_dp ABSTRACT Among Indonesian especially in Bengkulu city, white-rumped shama Copsychus malabaricus had been choosen as one of favorite pet since past two decades. We found that number of bird keepers in Bengkulu also managed to do hatching of eggs and bird chick rearing management. However, it was not easy to keep a chick survive when it separated from parent. This study aims to explore a weekly fundamental data on white-rumped shama quantitative development of body length, wing length and feet length during a rearing period of 30 -days of age until first moulting stage. All data were analysed descriptively. Research results showed that mixed sex white-rumped shama chicks body length varied between mm to mm averaged mm/chick, wing length varied between mm to mm averaged mm/chick, and feet length varied between mm to mm averaged mm/chick. It can be concluded that mixed sex white-rumped shama chick's body, wing and feet length were developed quantitatively during its 30-days of age until its first moulting stage. Key words chick, moulting, quantitative development, white-rumped shama. ABSTRAK Murai batu Copsychus malabaricus telah menjadi salah satu pilihan penghobi burung di Indonesia sejak dua puluh tahun terakhir, termasuk di Kota Bengkulu. Para penghobi burung telah mulai melakukan beberapa langkah konservasi biologi antara lain dengan melakukan upaya penetasan dan pemeliharaan anakan. Anakan murai batu dikenal cukup sulit untuk dipelihara dan akan mudah mati apabila dipisahkan dari induknya, sehingga sampai saat ini belum banyak diketahui tentang ukuran morfometriknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi data fundamental pertumbuhan kuantitatif badan, sayap dan kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama pemeliharaan ex situ mulai umur 30 hari hingga fase ranggas bulu pertama. Koleksi data dilakukan dengan metode observasi dan pengukuran panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki setiap minggu. Data kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan anakan murai batu kelamin campuran bervariasi antara 44,9 mm sampai 52,2 mm dengan rata-rata 49,56 mm/ekor, panjang sayap antara 100,4 mm sampai 115,5 mm dengan rata-rata 107,25 mm/ekor, dan panjang kaki antara 50,2 mm sampai 53,2 mm dengan rata-rata 51,45 mm/ekor. Dapat disimpulkan bahwa terjadi pertambahan ukuran kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan murai batu hingga fase ranggas bulu pertama. Kata kunci anakan, kuantitatif, murai batu, pertumbuhan, ranggas bulu. PENDAHULUAN Bagi para penghobi burung di nusantara, istilah anakan atau trotol adalah kosakata yang digunakan untuk menyebut individu anak burung. Untuk penghobi atau pemelihara burung murai batu Copsychus malabaricus, anakan diartikan sebagai anak burung murai batu yang berumur 12 sampai 14 hari atau sampai belum berganti bulu dewasa Putranto et al., 2020b. Secara umum diketahui bahwa anakan burung murai batu akan mengalami ranggas bulu pertama kalinya pada umur 4 sampai 5 bulan Gambar 1. Gambar 1. Profil anakan burung murai batu 415 Pertumbuhan kuantitatif anakan Murai Batu hingga fase ranggas... Putranto... et al., 2020 Sampai saat ini, penghobi burung murai batu di Kota Bengkulu menemukan beberapa masalah saat melakukan pemisahan anakan dari induknya Brata et al., 2019, Putranto et al., 2018; 2019 a,b; 2020a,b. Masalah utamanya adalah apabila dilakukan upaya pemisahan/penyapihan paksa, maka akan memunculkan peningkatan level cekaman pada anakan yang ditandai dengan hilangnya nafsu makan appetite anakan yang dapat berakibat fatal berupa mortalitas. Diperkirakan, anakan masih belum bisa makan sendiri atau masih dilolohkan oleh induknya. Tindakan penyapihan/pemisahan anakan dari induknya masih belum menjadi prioritas dalam pemeliharaan burung murai batu. Fase hidup burung selanjutnya adalah sebuah tahapan pergantian atau luruhnya bulu dari tubuh. Fase pergantian bulu ini juga dikenal dengan istilan ranggas bulu atau moulting Putranto et al., 2020b. Ranggas bulu atau moulting adalah proses perontokan atau pergantian bulu-bulu yang terjadi pada burung, ayam, serta unggas berbulu lainnya dan biasanya burung dan unggas akan mengalami masa ranggas bulu 1 tahun sekali secara periodik. Untuk murai batu, biasanya anakan mulai berganti bulu pada umur sekitar 4 - 5 bulan. Seiring dengan kesadaran masyarakat akan upaya konservasi dalam hal ini upaya menjaga populasi plasma nutfah di habitat in situ, dalam kondisi tertentu beberapa penghobi dan penangkar burung murai batu telah memulai upaya potensial yang mengarah pada tindakan pelestarian Putranto et al., 2020a,b. Upaya potensial tersebut antara lain adalah penetasan dan penyapihan yang dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara pemilik/penangkar burung dengan calon pembeli anakan burung walaupun ada resiko yang besar. Hingga saat ini, masih banyak informasi biologi burung murai batu yang belum diketahui secara pasti. Kendala berupa sulitnya melakukan penyapihan, tindakan khusus berupa menyuapi dalam aktifitas makan sampai level cekaman yang tinggi menyebabkan anakan murai batu jarang dipelihara terpisah sehingga membuat terbatasnya informasi ukuran morfometriknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi data fundamental pertumbuhan kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama pemeliharaan ex situ mulai umur 30 hari hingga fase ranggas bulu pertama. MATERI DAN METODE Sebanyak 8 ekor anakan murai batu berjenis kelamin campuran mixed sex yang berasal dari satu peternak yang sama dengan jenis persilangan antara Medan x Bengkulu Utara dipergunakan dalam penelitian ini. Anakan memiliki umur yang sama 30 hari dengan berat badan yang bervariasi, dan kondisi kesehatan yang baik. Pakan yang diberikan berupa kombinasi voer dan kroto yang dilolohkan sekali sehari serta air minum ad libitum. Adapun kandungan nutrisi dalam kroto yaitu larva dan pupa berupa kalori 493 kkal, kadar air 22%, protein 24,1 g, lemak 42,2 g, karbohidrat 4,3 g, serat 4,6 g, abu 2,8%, kalsium 40 mg, fospor 230 mg, besi 10,4 mg, vitamin A 710 IU, vitamin B1 0,22 0,22 mg, vitamin B2 1,13 mg dan niacin 5,7 mg Prayoga, 2015; Putranto et al., 2020b. Kandungan nutrisi pada voer antara lain protein minimal 19%, lemak minimal 3%, serat maksimal 9% dan kadar air maksimal 12% Anonim, 2019. Seperti yang dilaporkan dalam penelitian sebelumnya Putranto et al., 2020b, alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sangkar yang berbentuk umbaran dengan panjang 200 cm, lebar 50 cm, tinggi 175 cm dan tinggi tiang sangkar 25 cm. Tiap sangkar dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, tempat mandi burung, dan tempat bertengger. Alat lainnya yang dipergunakan adalah penggaris besi 30 cm, alat tulis, sprayer, kamera dan jangka sorong digital electronic digital caliper ketelitian 0,001 mm produksi Qingdao Tide Machine Tool Supply Co, Ltd. Penelitian telah dilakukan selama 6 bulan dimulai pada tanggal 01 September 2019 – tanggal 29 Februari 2020 di Kota Bengkulu. Penelitian dilakukan secara observasi dengan pengukuran parameter morfometrik anakan murai batu setiap minggu. Koleksi data dilakukan melalui pengamatan secara langsung anakan murai batu yang dipelihara. Parameter pertumbuhan kuantitatif yang diamati adalah Panjang Badan Pengukuran panjang badan anakan murai batu kelamin campuran diukur menggunakan jangka sorong digital dengan satuan mm. Metode pengukuran mengikuti Jull 1951, yaitu diukur mulai dari pangkal leher hingga pangkal ekor burung. 416 Pertumbuhan kuantitatif anakan Murai Batu hingga fase ranggas... Putranto... et al., 2020 Panjang Sayap Pengukuran panjang sayap anakan murai batu kelamin campuran diukur menggunakan jangka sorong digital dengan satuan mm. Metode pengukuran merujuk pada Lambey 2013, diukur mulai dari pangkal sayap hingga ujung bulu sayap burung tanpa penekanan Gambar 2. Gambar 2. Pengukuran panjang sayap Panjang Kaki Pengukuran panjang kaki anakan murai batu kelamin campuran diukur menggunakan jangka sorong digital dengan satuan mm. Metode pengukuran mengikuti Jull 1951, diukur mulai dari pangkal paha atau femur sampai ujung tulang kering atau tibia. Data yang diperoleh ditabulasi, dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dibahas secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti meyakini bahwa informasi pertumbuhan kuantitatif anakan murai batu C. malabaricus ini adalah artikel ilmiah pertama yang menampilkan data morfometrik anakan murai batu kelamin campuran yang dipelihara pada habitat ex situ. Secara umum, masih dipercaya bahwa terdapat beberapa perbedaan antara pertumbuhan kuantitatif individu yang hidup secara alami pada habitat in situ dan individu yang dipelihara pada habitat ex situ dengan modifikasi lingkungan. Hasil penelitian pertumbuhan kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan anakan murai batu kelamin campuran memiliki ukuran yang berbeda-beda. Pada setiap minggu umur ranggas bulu didapati panjang badan anakan murai batu kelamin campuran bervariasi antara 44,9 mm sampai 52,2 mm dengan rata-rata 49,56 mm/ekor. Peneliti berasumsi bahwa perbedaan ukuran panjang badan anakan murai batu kelamin campuran diakibatkan adanya faktor genetik, jenis kelamin dan pakan. Selanjutnya, data hasil penelitian pada Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa pada setiap minggu umur ranggas bulu didapati panjang sayap anakan burung murai batu kelamin campuran bervariasi antara terendah 100,4 mm sampai tertinggi 115,5 mm dengan rata-rata 107,25 mm/ekor. Perbedaan umur ranggas bulu menyebabkan pencapaian pertumbuhan ukuran panjang sayap yang berbeda untuk setiap individu anakan burung murai batu. Peneliti berasumsi bahwa hal ini juga disebabkan juga oleh faktor genetik, pakan dan faktor lingkungan sebagaimana perbedaan panjang badan sebelumnya. Lebih jauh lagi, pada Tabel 1 data hasil penelitian memperlihatkan pertumbuhan kuantitatif panjang kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama penelitian yang memiliki tren yang serupa dengan pertumbuhan kuantitatif panjang badan dan panjang sayap. Dapat dilihat bahwa panjang kaki anakan murai batu kelamin campuran hingga fase ranggas bulu pertama selama penelitian diketahui berbeda-beda baik dalam ukuran panjang ataupun waktu ranggas bulunya. Pada setiap minggu umur ranggas bulu didapati panjang kaki anakan burung murai batu kelamin campuran bervariasi antara 50,2 mm sampai 53,2 mm dengan rata-rata 51,45 mm/ekor. Menurut Putranto et al., 2020b ranggas bulu atau bulu rontok pertama diasumsikan sebagai tanda utama molting atau mabung pada burung murai batu. Sedangkan mabung atau molting diartikan sebagai proses perontokan atau pergantian bulu-bulu yang terjadi pada burung biasanya dengan frekuensi 1 tahun sekali secara periodik. Hasil studi eksploratif yang dilakukan Putranto et al. 2020b sebelumnya, diketahui bahwa ke-8 anakan murai batu kelamin campuran yang diamati mengalami ranggas bulu pertama pada umur pemeliharaan dan umur biologis yang bervariasi. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 4 2020 Edisi Oktober-Desember 417 Tabel 1. Pertumbuhan kuantitatif panjang badan, panjang sayap, dan panjang kaki anakan murai batu kelamin campuran mulai umur 30 hari hingga fase ranggas bulu pertama. Pertumbuhan Kuantitatif Anakan Murai Batu kelamin Campuran Keterangan PB = Panjang Badan PS = Panjang Sayap PK = Panjang Kaki A1 = Anakan murai batu nomor 1 A2 = Anakan murai batu nomor 2 A3 = Anakan murai batu nomor 3 A4 = Anakan murai batu nomor 4 A5 = Anakan murai batu nomor 5 A6 = Anakan murai batu nomor 6 A7 = Anakan murai batu nomor 7 A8 = Anakan murai batu nomor 8 * = Waktu ranggas bulu pertama 418 Pertumbuhan kuantitatif anakan Murai Batu hingga fase ranggas... Putranto... et al., 2020 Hasil studi terdahulu didapatkan data bahwa rata-rata ranggas bulu pertama anakan murai batu kelamin campuran terjadi pada umur pemeliharaan 7,25 minggu umur biologi 80,75 hari dengan rentang waktu umur pemeliharaan 4 – 10 minggu atau umur biologi anakan murai batu antara 58 - 100 hari. Selanjutnya, disebutkan pula oleh Putranto et al. 2020b dari ke-8 anakan murai batu kelamin campuran dalam penelitian ini, umur ranggas bulu pertama tercatat paling cepat pada umur pemeliharaan 4 minggu umur biologi 58 hari dan paling lambat pada umur pemeliharaan 10 minggu umur biologi 100 hari. Menurut Anonim 2020a, burung yang masih berusia muda atau anakan mengalami pertumbuhan dengan cepat jika dibarengi dengan pemberian protein yang cukup dalam pakan yang diberikan. Hal ini senada dengan pendapat Anggorodi 1995 menyatakan bahwa setiap pertumbuhan pada tulang, jaringan otot, organ internal dan bagian tubuh lainnya, protein dalam pakan menjadi salah satu komponen yang penting dalam pertumbuhan. Disebutkan pula bahwa pemberian protein dalam jumlah 20% saja sudah cukup untuk pertumbuhan anakan. Pada penelitian ini anakan murai batu diberikan pakan berupa kombinasi voer dan kroto yang diasumsikan bergizi cukup tinggi. Adapun kandungan protein dalam kroto mencapai 24,1 g dan nilai ini sudah lebih tinggi dibandingkan pendapat sebelumnya yang hanya menyarankan jumlah 20%. Hasil studi terdahulu dari Hickman et al. 2007 tentang sayap pada burung, dinyatakan bahwa sayap pada burung memiliki ukuran yang berbeda-beda karena menyesuaikan antara tubuh burung dengan habitatnya. Burung memiliki sepasang sayap dan tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung tubuh serta mempengaruhi daya terbang Radiopoetro, 1986. Tulang-tulang di sayap sangat ringan sehingga burung bisa terbang lebih mudah. Burung memiliki tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang. Anggota depan berubah fungsi menjadi sayap. Tulang sayap dan kaki memiliki banyak tulang yang berongga yang saling bersilang untuk menambah kekuatan struktur tulang. Tulang sayap relatif panjang dan luas permukaan sayap berhubungan untuk menghasilkan beban sayap yang rendah Saraswati et al., 2018. Secara umum, menurut Anonim 2020b, kaki burung diklasifikasikan menjadi anisodactyl, zygodactyl, heterodactyl, syndactyl atau pamprodactyl. Anisodactyl merupakan bentuk kaki burung yang paling umum, dengan tiga jari di depan dan satu di belakang. Bentuk seperti ini banyak ditemui di burung penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali, dan falkon. Burung murai batu tergolong dalam burung penyanyi. Untuk panjang kaki burung Jull 1951 menulis bahwa kaki burung diasumsikan terdiri atas panjang paha yang merupakan panjang tulang femur yaitu dari persendian tulang pangkal paha sampai dengan persendian pangkal atas tulang tibia. Hasil penelitian tentang panjang kaki anakan burung murai batu berkelamin campuran memiliki ukuran yang bervariasi. Perbedaan ini diasumsikan akibat dari perbedaan jenis kelamin, genetik dan pakan yang diberikan. Prayoga 2015 menyatakan komponen yang terdapat dalam kroto yaitu larva dan pupa terdapat kandungan gizi Vit A sebesar 710 IU yang dianggap tinggi. Ditambahkan oleh pendapat dari Rose 1997 yang menyatakan bahwa pertumbuhan tulang lebih banyak diatur oleh faktor genetik dan hormon serta vitamin D dan A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadi pertambahan ukuran kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan murai batu hingga fase ranggah bulu pertama. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan hibah Penelitian Dasar multi tahun yang didanai oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi /Badan Riset dan Inovasi Nasional DRPM Kemenristek /BRIN Republik Indonesia dengan nomor kontrak 165/SP2H/AMD/LT/DRPM/2020. Tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada DRPM Kemenristek/BRIN, LPPM Universitas Bengkulu, Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, asisten peneliti Mexi Mandela, Mei Pran Syahputra, dan Ilham Satrio Soeyono atas bantuan yang telah diberikan. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 4 2020 Edisi Oktober-Desember 419 Anonim. 2020a. Kebutuhan Protein dan Vitamin Pada Burung Peliharaan. Diakses tanggal 8 Agustus 2020. Anonim. 2020b. Anatomi Burung. Diakses tanggal 8 Agustus 2020. Anonim. 2019. Keistimewaan Gold Coin. Diakses tanggal 20 Maret 2020. Brata, B., H. D. Putranto, J. Setianto, dan Y. Yumiati. 2019. Deskripsi manajemen pemeliharaan hewan potensial burung murai batu studi kasus di Kota Bengkulu. Prosiding Semirata BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Jambi tanggal 27 – 29 Agustus 2019, hal 647-657. Hickman, Roberts, Keen, A. Larson dan Eisenhour. 2007. Animal Diversity. Mc Graw-Hill, New York. Jull, 1951. Poultry Husbandry. 3rd Ed. Micgraw-Hill publishing CO., Ltd. Lambey, 2013. Kajian biologis, tingkah laku, reproduksi dan kekerabatan burung weris, Gallirallus philppensis di Minahasa Sulawesi Utara. Program Pascasarjana, IPB, Bogor. Putranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2020a. Ex-situ population of white-rumped shama Copsychus malabaricus Studies of density, distribution and bird keepers in Bengkulu, Sumatera. Biodiversitas 21 3 865-874. Putranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2020b. Kajian ranggas bulu pertama trotol murai batu Copsychus malabaricus pada pemeliharaan intensif. Prosiding Webinar Nasional 2020 Persepsi “Kontribusi Usaha Ternak Lokal Sebelum dan Sesudah Pandemi Dalam Memenuhi Protein Hewani Di Indonesia”, tanggal 29 Mei 2020, hal 38-44. Putranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2019a. Profil dan populasi peternak murai batu di Kota Bengkulu. Prosiding Semirata BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Jambi tanggal 27 – 29 Agustus 2019, hal 1225-1234. Putranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2019b. Ex-situ population of white-rumped shama Density, distribution and bird fanciers. Prosiding International Conference on Biodiversity Society for Indonesian Biodiversity SIB Mataram, Indonesia, 14-15 December 2019, hal 123. Putranto, H. D., D. Okvianto, dan H. Prakoso. 2018. Reproductive studies on murai batu Copsychus malabaricus in Bengkulu local captive breeding. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13 2 130-139. Prayoga, B. 2015. Kupas Tuntas Budidaya Kroto Cara Modern. Penebar Swadaya. Radiopoetro. 1986. Zoology. Cetakan 3. Percetakan Erlangga. Rose, 1997. Principle of Poultry Science. Centre for Agriculture and Bioscience International, New York. Saraswati, S. Tana, Yuniwarti. 2018. Morphologycal description of Javanese Celepuk Female Otus angelina. Buletin Anatomi dan Fisiologi 3 1 110-115. ... Keeping a favorite pet, such as White-rumped Shama or Copsychus malabaricus, can lead to an uncontrol situation, a decreasing population for some avian species in the wild caused by poaching Putranto et al. 2019aPutranto et al. , 2020Putranto et al. , 2021. However, scientific information about Indonesia's Whiterumped Shama birds, in terms of biological data and its intensive daily management in captivity and the wild, is still very limited. ...... However, scientific information about Indonesia's Whiterumped Shama birds, in terms of biological data and its intensive daily management in captivity and the wild, is still very limited. Furthermore, some preliminary studies reported on the growth of White-rumped Shama feathers Putranto et al. 2021, the growth rate and morphometric size of some body parts of White-rumped Shama chicks Putranto et al. 2020, the reproductive ability and egg production of female birds Putranto et al. 2018, and domesticated White-rumped Shama bird populations Putranto et al. 2019a. However, there is no scientific data on its reproduction and breeding behaviors. ...Putranto HD, Nurmeilliasari, Harahap AS, Brata B, Sutriyono, Yumiati Y. 2023. The evidence of cloaca display as an indicator to validate breeding behavior during the matchmaking phase on local Indonesia female White-rumped Shama Copsychus malabaricus. Biodiversitas 24 486-491. White-rumped Shama bird, which Indonesian bird lovers call the Murai Batu bird Copsychus malabaricus, has been a favorite bird for almost a decade. This bird is well-known among bird keepers for its colors and male singing voices. Generally, we recognize some biological behaviors that are trusted as avian behaviors. However, some specific behaviors in wild and domesticated birds are still not detected and unclear. The objective of this study was to validate and analyze the scientific evidence, frequency, and duration of cloaca display appearance as indicators of the female White-rumped Shama birds breeding behavior during the matchmaking phase. By animal focal sampling method, 18 sexually mature females of local White-rumped Shama captivated and observed by the research peer team were observed intensively for cloaca display activity during 22 days of matchmaking observation duration. Those 18 female samples were treated for matchmaking with another 8 males. For the cloaca display frequency and duration parameter, a time sampling method was used by dividing a total of 6 hours of daily behavior observation into 3 hours of observation duration, 2 times a day with 6 hours of distance between one observation and to next observation. Daily behavior observation conducted between am to am continued from pm to pm. Cloaca display frequency was counted as how often a female shows a cloaca exposure to her male matchmaking partner during the daily observation period. Then, a cloaca display duration was measured in the unit of seconds for each cloaca display behavior confirmed. Seventeen 17 female White-rumped Shama birds 94% samples exhibited motion of cloaca display, with 21 motions of cloaca display behaviors confirmed. The earliest cloaca display behavior was confirmed on day 15 after matchmaking began, and the latest behavior was confirmed on day 22 after matchmaking began. These behaviors were seen on average of day after matchmaking began. The shortest duration of cloaca display behavior lasted for seconds, and the longest lasted for seconds, with an average duration of seconds for each motion. The average daily confirmed cloaca display frequency among that female White-rumped Shama was times in 22 days of matchmaking observation duration. Cloaca display motion is seen daily 21 days during 22 days of observation conducted, and the relative frequency percentage of cloaca display behavior was There is no proven info about the breeding behavior of this bird, and based on our scientific results, we strongly believe cloaca display motion can be validated as the main indicator of Indonesia's local female White-rumped Shama birds' breeding behavior. It can be read from the relative frequency percentage of cloaca display motion of female White-rumped Shama, which is overtopped 95% or dominant motion in its breeding behavior.... Perbedaan ukuran panjang sayap dan panjang bulu ekor juga dipengaruhi oleh umur dari burung nuri talaud. Putranto et al. 2020 menyatakan bahwa perbedaan umur burung menyebabkan pertumbuhan ukuran panjang sayap dan panjang bulu ekor yang berbeda untuk setiap individu. Hal ini sejalan dengan Hickman et al. 2017 menyatakan bahwa sayap dan bulu ekor pada burung memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi karena perbedaan perkembangan dan disesuaikan dengan habitat. ...Josephine L. P. Mangke Lucia Johana LambeyJ. KeintjemPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari serta mengetahui morfometri burung nuri talaud Eos histrio talautensis yang dipelihara secara ex situ di pulau Karakelang. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi terhadap burung nuri talaud yang dipelihara oleh masyarakat secara ex situ di pulau Karakelang, dengan menggunakan 12 sampel burung nuri talaud dan variabel yang diamati antara lain, berat badan, panjang kepala, panjang paruh, panjang sayap, panjang ekor, panjang shank, dan panjang badan. Hasil penelitian menunjukan bahwa berat badan burung nuri Talaud yaitu 102-150 gram dengan rata-rata 127,41 gram, panjang kepala 35,85-50,49 mm dengan rata-rata 42,96 mm, panjang paruh 19,15-22,03 mm dengan rata-rata 20,08 mm, panjang sayap 18-22 cm dengan rata-rata 20,41 cm, panjang bulu ekor 11-14 cm dengan rata-rata 12,5 cm, panjang shank 13,31-19,43 mm dengan rata-rata 15,78 mm, dan panjang badan 26-30 cm dengan rata-rata 28,83 cm. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemeliharaan secara ex situ yang dilakukan oleh masyarakat di pulau Karakelang menghasilkan burung nuri talaud Eos histrio talautensis dengan nilai morfologinya rendahKata kunci Morfometri, Burung nuri talaud, Pulau KarakelangHeri Dwi PutrantoBieng BrataYossie YumiatiPutranto HD, Brata B, Yumiati Y. 2020. Ex-situ population of White-rumped Shama Copsychus malabaricus Studies of density, distribution and bird keepers in Bengkulu, Sumatra. Biodiversitas 21 865-874. Purpose of this research was to estimate number of White-rumped Shama Copsychus malabaricus or locally known as murai batu which are kept by Bengkulu's bird keepers, analyze its population density, population distribution, and the profile of bird keepers. Researcher used field observation method by conducting interviews during June-September 2019. Respondents were determined using purposive sampling method and sampling was continued by snowball sampling method. Bird population data were analyzed by using population density formula and population distribution formula, while profile of bird keepers was analyzed descriptively. In 9 sub-districts of Bengkulu City total of 642 birds that are kept by bird keepers in ex-situ habitat, consisting of 434 males and 208 females with sex ratio approximately of 21. Population density was birds per km2 male birds/km2 and female birds/km2. Population distribution by a Variance-Mean Ratio formula was or VMR > 1. Furthermore, there were 79 keepers consist of 78 male bird keepers and 1 female keeper Eleven bird keepers were categorized as captive breeders and 68 keepers were categorized as bird hobbyists. In conclusion, density population of ex-situ White-rumped Shama in Bengkulu City was birds per km2, and population distribution interpreted as negative binomial distribution. Bird keepers were divided into two groups, captive breeders and bird hobbyists. Husain PutrantoD. OkviantoH. PrakosoBurung adalah salah satu jenis hewan peliharaan pet yang banyak digemari masyarakat di Indonesia saat ini. Banyak jenis burung yang dipelihara karena kemerduan suaranya dan keindahan warna bulunya. Jenis burung peliharaan yang bernilai ekonomis tinggi akan menunjukkan status sosial ekonomi pemeliharanya. Burung Murai Batu Copsychus malabaricus termasuk sebagai burung yang digemari dan bernilai ekonomis tinggi. Hingga saat ini masih belum banyak diketahui informasi tentang status reproduksinya baik yang berada di habitat in situ maupun ex situ. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara pada penangkar lokal di Kota Bengkulu. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui data biologis dasar berupa tampilan reproduksi burung Murai Batu pada penangkaran ex-situ yang dilakukan oleh penangkar lokal di Kota Bengkulu. Data hasil observasi dan wawancara kemudian dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian pada penangkar lokal di Kota Bengkulu dapat disimpulkan bahwa burung Murai Batu menghasilkan telur rata-rata 2,9 butir dalam dua periode bertelur. Lama durasi mengeram rata-rata 12,1 hari dalam dua periode bertelur dengan daya tetas sebesar 94,16% dalam dua periode bertelur. Anakan burung Murai Batu disapih pada umur 30 hari sedangkan untuk jarak waktu bertelur kembali rata-rata 20,1 hari dalam dua periode bertelur. Kata kunci Burung Murai Batu, reproduksi, penangkaran Protein dan Vitamin Pada Burung PeliharaanAnonimAnonim. 2020a. Kebutuhan Protein dan Vitamin Pada Burung Peliharaan. P HickmanL S RobertsS L KeenA Larson DanD J EisenhourHickman, Roberts, Keen, A. Larson dan Eisenhour. 2007. Animal Diversity. Mc Graw-Hill, New ranggas bulu pertama trotol murai batu Copsychus malabaricus pada pemeliharaan intensif. Prosiding Webinar Nasional 2020 Persepsi "Kontribusi Usaha Ternak Lokal Sebelum dan Sesudah Pandemi Dalam Memenuhi Protein Hewani Di IndonesiaH D PutrantoB BrataDan Y YumiatiPutranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2020b. Kajian ranggas bulu pertama trotol murai batu Copsychus malabaricus pada pemeliharaan intensif. Prosiding Webinar Nasional 2020 Persepsi "Kontribusi Usaha Ternak Lokal Sebelum dan Sesudah Pandemi Dalam Memenuhi Protein Hewani Di Indonesia", tanggal 29 Mei 2020, hal population of white-rumped shama Density, distribution and bird fanciersH D PutrantoB BrataDan Y YumiatiPutranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2019b. Ex-situ population of white-rumped shama Density, distribution and bird fanciers. Prosiding International Conference on Biodiversity Society for Indonesian Biodiversity SIB Mataram, Indonesia, 14-15 December 2019, hal Tuntas Budidaya Kroto Cara ModernB PrayogaPrayoga, B. 2015. Kupas Tuntas Budidaya Kroto Cara Modern. Penebar 1986. Zoology. Cetakan of Poultry Science. Centre for Agriculture and Bioscience InternationalS P RoseRose, 1997. Principle of Poultry Science. Centre for Agriculture and Bioscience International, New York.
Rahasia Murai Batu JuaraPerawatan Harian Murai BatuPerawatan Murai Batu 1 Minggu Sebelum LombaPerawatan Murai Batu Setelah LombaEfek Pemberian Doping Burung Murai BatuPerawatan Pada Saat Mabung Sebelumnya saya minta maaf, bukan bermaksud sok tau atau merasa jago, saya hanya ingin berbagi cara-cara perawatan saya selama ini untuk murai-murai saya, karena banyak teman-teman yang minta saya untuk memberikan tips perawatan murai batu, mungkin bukan yang terbaik tp inilah cara perawatan yang saya jalani setiap hari. Sebenarnya cara perawatan murai batu ini hampir sama saja dengan perawatan burung yang lainnya, yang pasti kita harus tau dulu karakter burung tersebut, mental matang, gamapang galak atau justru susah fight/galak dilapangan, setelah tau barulah kita dapat mengontrol karakternya tsb melalui makanan dan extra foodingnya. Cara perawatan yang akan saya sampaikan berikut ini khusus untuk burung-burung yang sudah bermental matang artinya tidak terlalu galak ataupun tidak terlalu loyo. Artikel Terkait Cara Memilih Burung Lovebird Perawatan Harian Murai Batu Pagi sekitar jam krodong burung di buka ditempat teduh lalu berikan 5 ekor jangkrik berikan 2 sendok makan kroto yg sudah dibersihkan jemur 1-2 jam tergantung kesenangannya krn ada jg murai yg tidak mau dijemur terlalu lama, cukup jam saja. setelah selesai dianginkan 20 mnt lalu ditutup, simpan ditempat teduh dan dikelilingi burung isian sore sekitar jam 3 sore buka krodong lalu mandikan setelah selesai beri jangkrik kembali 5 ekor setelah itu tutup kmbali gantung burung ditempat yg tenang dan jangan terlalu terang sehingga burung dapat ber istirahat dengan tnang. Catatan Untuk yg senang memberikan Vitamin sebaiknya cukup diberikan 2x seminggu, jangan terlalu ering memberikan vitamin, murai termasuk burng yang sensitif terhadap bau yg berlebihan…kalau terlalu sering dan terlalu banyak memberi vit, bisa2 murai jd tidak mau minum sehingga burung jd serak. Sebagai catatan tidak ada satupun murai saya yang menggunakan vitamin untuk perawatan harian kecuali jika burung sakit atau rontok bulu. Artikel Terkait Melatih Mental Kacer Bakalan Perawatan Murai Batu 1 Minggu Sebelum Lomba Untuk perawatan seminggu sebelum lomba yang biasa saya jalani sebagai berikut Dari senin s/d rabu burung dirawat seperti rawatan harian diatas. Mulai kamis porsi jangkrik dinaikan yg tadinya 5 pg jd 8pg dan 7 sore ttl 15 sedangkan perawatan lainnya sama dengan hari biasa. jum’at porsi jangkrik dinaikan menjadi 10 pagi dan 10 sore, tambah 5 ekor ulat hongkong dan perawatan lainnya sama dengan hari biasa. Sabtu porsi jangkrik dinaikan lagi 15 pg, 10 sore, tambah 5 ekor ulat hongkong + kroto 2 sendok makan pg hari saja dan khusus pada hari sabtu ini burung tidak dijemur dan tidak dimandikan pada sore harinya, jadi burung dikrodong seharian ditempat yang teduh setelah diberikan kroto, jangkrik, ulat hongkong. Pada hari minggu pagi burung diberi jangkrik 10 ekor, ulat hongkong 5 ekor dan kroto 2 sendok makan, burung tetap jangan dimandikan dan usahakan pada saat menunggu untuk dilombakan disimpan ditempat yang jauh dr lapangan lomba dan burung murai lainnya. sehingga diharapkan pada saat krodong dibuka dilapangan lomba burung dapat keluar nafsunya dan tenaganya masih full untuk menandingi lawan2nya. Jika akan diturunkan pada babak berikutnya burung kalau bisa jangan dimandikan, beri jangkrik 5 ekor, ulat hongkong 3 ekor dan simpan ditempat yg jauh. Ingat murai merupakan burung dengan type fighter yg tinggi, sehingga dibutuhkan kondisi yang benar-benar prima pada saat dilombakan selain mental jawaranya. Artikel Terkait Perawatan Burung Kenari Perawatan Murai Batu Setelah Lomba Untuk menghindari burung Murai tidak menjadi galak setelah dilombakan, usahakan pulang dari lapangan lomba murai batu dimandikan dan jangan diberikan jangkrik kembali, perawatan berikutnya dapat dikembalikan kepada cara perawatan harian sebelumnya. Sekali lagi cara perawatan diatas adalah cara perawatan yang biasa saya gunakan sebelum lomba dan ini hanya cocok untuk burung2 yang sudah memiliki mental yg matang, jika burung Om-om kegalakan atau malah kurang bergairah bisa disesuaikan dari cara pemberian extrafoodingnya, terutama jangkrik dan ulat hongkongnya. Jika burung kegalakan jangan pernah memberi ulat hongkong sebelum lomba dan jumlah jangkrik bisa dikurangi baik harian maupun seminggu sebelum lomba. Sedangkan bila burung Om-Om kurang bergairah bisa ditambah jumlah jangkrik yg diberikan baik harian maupun satu minggu sebelum lomba, saya sarankan jumlah ulat hongkong yang diberikan jangan terlalu berlebihan karena takut menimbulkan efek samping spt rontok bulu atau kegalakan. Efek Pemberian Doping Burung Murai Batu Dari pengalaman saya pemberian doping ini sangat saya tidak anjurkan, karena akan menimbulkan efek samping yg tidak baik berupa ketergantungan terhadap doping tersebut dan burung tidak bergairah kembali setelah selesai mabung. Artikel Terkait Cara Merawat Burung Cendet Dulu ada beberapa murai batu saya yang harus didoping oleh Orong-orong kadal kecil tiap hari, 3 hari sebelum lomba dan diberikan minuman tonic and bitter, burung tersebut kerap berprestasi, mungkin ada yang ingat denag murai saya yg bernama Elang Sakti yg lalu ditransfer oleh Bp. Januar Dewa Ruci, burung tersebut kerap menjuarai lomba yang diikutinya selama doping tersebut diberikan secara teratur, tapi pada saat setelah mabung/rontok bulu burung tersebut terlihat tidak bernafsu untuk memakan orong2 tersebut dan kondisinya tidak dapat pulih kembali seperti semula sampai kahirnya tengelam prestasinya. Kesimpulan saya efek dari doping tersebut akan terlihat pada saat burung selesai mabung, dimana kondisi burung susah sekali untuk kembali ke kondisi prima sebelum dia mabung. Saran saya jangan pernah menggunakan doping apapun terutama orong2, kelabang dan minuman doping yg ada jika anda ingin MB anda berprestasi dalam jangka panjang. Perawatan Pada Saat Mabung Banyak sekali pemain murai batu, baik yang pemula maupun yang sudah top terjebak pada saat mengkondisikan MB jawaranya setelah mabung, hal ini dikarenakan karena keinginannya untuk segera melombakan kembali burung jawaranya. Ada beberapa hal yang harus benar-benar diperhatikan oleh Om-om pada saat merawat murai waktu mabung dan jangan pernah melanggarnya. Artikel Terkait Cara Menjodohkan Burung Kacer Pada saat mau Mabung. Rawatlah murai anda yg sedang mabung dengan baik dan selalu bersihkan kandangnya tiap hari. Jika awal burung mau mabung coba kurangi porsi jangkriknya dr 5 menjadi 2 pg dan sore sedangkan porsi krotonya tambah menjadi 3 sendok makan/hari. Selama mulai rontok bulu burung tidak perlu dijemur. kurangi waktu mandinya dr tiap hari menjadi 2-3 hari sekali, tp kandang tetap dibersihkan tiap hari. rubah waktu madinya menjadi antara jam 12-jam 1 siang, setelah mandi langsung krodong dalam kondisi bulu basah dan jangan diangin2. Beri larutan Growvit di air minumnya sekucupnyajangan terlalu banyak cukup seujung pentul korek api untuk tiap cangkir minum burung, 2 hari sekali, baik untuk mempercepat perontokan dan pertumbuhan bulu Jauhkan dari burung murai lain kalau bisa cukup 1 burung MB 1 rumah Perawatan Pada Saat Tumbuh bulu Pada saat semua bulu, baik kepala, badan, sayap maupun ekor sudah jatuh maka kembalikan porsi rawatan kepada porsi rawatan harian seperti biasa baik makanan maupun pola mandinya. Ingat jangan pernah menjemur burung yg sedang tumbuh bulu sampai semua bulunya terutama ekor dan sayap selesai masa pertumbuhannya full karena ini akan menghentikan pertumbuhan bulu terutama ekor dan membuat bulu akan cepat tua. Selama pertumbuhan bulu berikan Growvit pd minumannya dg komposisi diatas 2 hari sekali dan campur air madi dg obat mandi yg ada di pasaran. Burung harus trus dikrodong setelah diberikan makanan dan dibersihkan kandangnya baik sebelum atau setelah mandi ditempat yang teduh dan berikan burung isian disekelilingnya. Setelah bulu ekor dan sayap tumbuh maksimal mulailah dilakukan secara bertahap Artikel Terkait Cara Merawat Burung Ciblek minggu ke 1 dijemur selama 1/2 jam minggu ke 2 dijemur selama 3/4 jam minggu ke 3 dan ke 4 selama 1 jam minggu ke 5 dan ke 6 selama jam minggu ke 7 dan ke 8 selama 2 jam Ingat dan jangan pernah melanggar atau anda akan menyesal Jangan pernah mengadukan MB jawara Om-om sebelum 2 bulan penjemuran minimal, saya jamin kalau MB anda Jawara dan anda adu sebelum 2 bulan pasti burung anda akan juara, tp pd minggu-minggu berikutnya MB anda kan galak dan makin susah untuk mencapai performa seperti sebelum mabung, sampai burung tersebut mabung kembali. Hal ini sudah terbukti dan dirasakan oleh pemain2 murai Top yang saya kenal, mereka selalu terjebak oleh keinginan untuk segera melombakan burung MB jawaranya karena masalah gengsi. Setelah selesai penjemuran selama 2 bulan cobalah MB anda dilatihan kecil terlebih dahulu antara 15-20 burung agar burung anda tidajk terlalu kaget, dan biasakanlah melombakan burung anda 2 minggu sekali agar burung MB anda dapat selalu tampil prima. Artikel Terkait Peluang Usaha Burung Lovebird Demikian penjelasan artikel diatas tentang Rahasia Murai Batu Juara semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia
Ilustrasi Murai Batu kanibal - Ketika memelihara burung Murai Batu MB, terkadang kita menemui burung Murai Batu yang berperilaku tidak normal, salah satunya adalah perilaku kanibal cabut bulu.Perilaku negatif tersebut akan mengakibatkan kerusakan pada bulu-bulu Murai Batu pada bagian-bagian tertentu, seperti bulu sayap, bulu dada, bulu dibagian perut, bulu paha, dan bulu ekornya karena dipatuki sendiri. Perilaku tidak normal tersebut bisa disebabkan karena burung Murai Batu mengalami kondisi tertentu yang menyebabkannya tertekan dan frustasi kemudian melampiaskannya dengan mematuki bulunya sendiri kanibal. Perilaku kanibal tersebut tentunya akan membuat bulu-bulunya menjadi rusak dan berantakan. Akibatnya penampilan fisik burung Murai Batu tersebut menjadi kurang menarik, dan walaupun burung tersebut gacor pasti akan menurunkan harga juga Beberapa perilaku negatif Murai Batu saat di lombakan Perilaku kanibal pada Murai Batu bisa disebabkan karena beberapa faktor, antara lain 1. Pemberian jenis pakan dan porsi yang tidak tepat Pemberian pakan dengan porsi yang tidak tepat kurang atau over dan juga jenis pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakter Murai Batu bisa menjadi penyebab timbulnya perilaku kanibal. Ada beberapa jenis perilaku kanibal pada Murai Batu yang disebabkan karena pemberian pakan yang tidak tepat, yaitu • Kekurangan nutrisi Perilaku kanibal yang disebabkan karena kekurangan kalsium, sehingga burung Murai Batu akan mencari sumber kalsium dari bulu dan kukunya sendiri dengan cara mencabuti bulu-bulunya atau bahkan kuku-kukunya untuk mendapatkan asupan kalsium. • Over birahi OB Perilaku kanibal yang disebabkan karena kelebihan asupan protein dari pemberian pakan yang mengandung protein tinggi seperti jangkrik dan kroto dalam jumlah yang berlebihan dapat mengakibatkan Murai Batu mengalami over birahi OB.Kondisi birahi yang terlalu over tersebut jika tidak tersalurkan dalam waktu yang lama akan dilampiaskan dengan mencabuti bulu-bulunya sendiri kanibal. Sebetulnya burung Murai Batu memang harus dalam kondisi birahi agar lebih rajin berkicau dan gacor, tapi jika kondisi birahi tersebut sudah melewati batas OB, maka dapat menyebabkan burung Murai Batu melakukan perilaku negatif sebagai pelampiasan dari rasa frustasinya tersebut, di antaranya adalah perilaku kanibal cabut bulu. • Over emosi Penjemuran dan pemberian extra fooding EF yang berpotensi menaikkan suhu tubuh seperti misalnya ulat hongkong UH akan menyebabkan emosi Murai Batu meningkat dan menyebabkan naluri fighternya jika kondisi siap tempur tersebut tidak dilampiaskan dengan dipertemukan lawan ditrek / dilombakan, maka Murai Batu tersebut akan mengalami over emosi karena tidak adanya lawan ketika kondisi emosinya sedang naik. Keadaan tersebut berpotensi menyebabkan Murai Batu menjadi kanibal dan mematuki bulunya sendiri sebagai pelampiasan dari emosinya yang terlalu juga Cara setting birahi, emosi dan stamina Murai Batu agar tampil maksimal digantangan 2. Burung Murai Batu tertekan karena kalah mental Perilaku kanibal pada Murai Batu juga bisa disebabkan karena tertekan / kalah mental dari Murai Batu lain yang lebih dominan. Mental Murai Batu yang masih muda cenderung belum stabil, sehingga jika dipaksakan untuk mengikuti lomba atau dipertemukan dengan Murai Batu yang sudah mapan dewasa, maka dapat menyebabkan Murai Batu muda tersebut merasa tertekan / terintimidasi. Hal itu akan menyebabkan Murai Batu muda melakukan perilaku yang tidak menentu sebagai pelampiasan dari rasa frustasinya, salah satunya dengan mematuki bulunya sendiri kanibal. 3. Murai Batu kanibal / cabut bulu karena terserang kutu Jika burung Murai Batu mencabuti bulunya karena terserang kutu, maka untuk mengatasinya cukup mudah, cukup dengan rutin memandikannya dengan shampo khusus juga Cara mencegah dan mengobati burung kutuanBerikut ini perawatan yang tepat untuk mencegah dan mengatasi Murai Batu yang berperilaku kanibal 1. Settingan extra fooding EF Extra fooding EF memang sangat penting untuk memaksimalkan performa Murai Batu, karena jenis pakan hewani tersebut adalah pakan alami Murai Batu di alam bebas. Tapi porsi dan jenisnya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter dari burung Murai Batu, sehingga tidak berpotensi menyebabkan burung Murai Batu melakukan perilaku-perilaku negatif. Contohnya • Untuk Murai Batu yang memiliki karakter fighter tinggi / emosional, extra fooding EF yang cocok diberikan adalah yang mengandung protein tinggi tapi yang tidak berpotensi menaikkan suhu tubuh burung secara drastis, misalnya jangkrik dan kroto dengan porsi yang cukup banyak untuk mendongkrak birahinya. • Untuk Murai Batu dengan karakter fighter rendah / kurang emosi, extra fooding EF yang cocok diberikan adalah yang dapat meningkatkan suhu tubuh burung secara drastis, misalnya ulat hongkong UH dan larva tawon untuk mendongkrak emosinya. Jadi intinya, agar burung Murai Batu tidak melakukan perilaku-perilaku negatif seperti kanibal cabut bulu, maka harus diberikan pakan yang berkualitas untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya tapi jenis dan porsinya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter dari Murai Batu yang kita rawat. 2. Perawatan harian yang tepat dan terjadwal Perawatan harian untuk burung Murai Batu harus dilakukan secara rutin dan terjadwal, misalnya • Mandi Perawatan mandi untuk Murai Batu juga harus dilakukan dengan tepat dan konsisten. Untuk Murai Batu dengan karakter fighter tinggi / emosional, harus sering dimandikan untuk meredam emosinya yang meluap-luap. Sedangkan untuk Murai Batu dengan karakter fighter rendah / kurang emosi, intensitas mandinya dikurangi agar suhu tubuhnya tidak ngedrop yang akan mengakibatkan emosinya semakin rendah. • Penjemuran Penjemuran memang harus dilakukan secara rutin untuk menjaga kesehatan burung Murai Batu. Penjemuran juga berperan penting untuk mengatur suhu tubuh ideal Murai Batu yang berkaitan dengan tingkat emosinya. Untuk Murai Batu dengan karakter fighter tinggi / emosional, penjemuran dilakukan secukupnya saja, karena Murai Batu tipe ini emosinya sudah tinggi, sehingga tidak perlu didongkrak dengan penjemuran lagi. Untuk Murai Batu dengan karakter fighter rendah / lambat panas, durasi penjemuran harus maksimal untuk mendongkrak emosinya agar lebih agresif, karena Murai Batu tipe ini cenderung kurang emosi / lambat panas, jadi emosinya harus digenjot dengan penjemuran yang lama. Jadi intinya, perawatan harian seperti mandi dan jemur juga harus dilakukan secara tepat dan konsisten sesuai dengan karakternya agar suhu tubuh Murai Batu berada pada level yang ideal, sehingga burung Murai Batu selalu dalam kondisi fisik yang prima dan tidak melakukan perilaku-perilaku negatif seperti kanibal atau perilaku negatif juga Dampak buruk penjemuran yang terlalu lama pada Murai Batu 3. Pengumbaran Pengumbaran juga perlu dilakukan secara teratur dan terjadwal. Selain untuk melatih stamina dan nafas Murai Batu, pengumbaran juga bermanfaat sebagai sarana refreshing agar burung Murai Batu tidak mengalami stress karena terlalu lama berada didalam kandang harian yang membatasi ruang geraknya. Stress berkepanjangan yang di alami Murai Batu juga dapat memicu timbulnya perilaku-perilaku negatif seperti kanibal jika tidak segera di kandang umbaran bisa mengurangi tingkat stress pada Murai Batu, karena ketika berada di dalam kandang umbaran yang luas, burung Murai Batu bisa terbang dengan lebih leluasa untuk menggerakkan otot-otot sayapnya yang sudah lama tidak digunakan untuk terbang. Hal itu akan membuat burung Murai Batu merasa lebih rileks, apalagi jika didukung dengan suasana disekitar kandang umbaran yang dikondisikan seperti di habitat aslinya dengan banyak pepohonan, tentunya akan lebih efektif. 4. Sering ditrek / dilombakan Burung Murai Batu yang berperilaku kanibal rata-rata adalah Murai Batu yang memiliki karakter fighter tinggi. Murai Batu dengan karakter tersebut cenderung sangat agresif dan selalu ingin bertarung. Perilaku kanibal tersebut merupakan bentuk dari pelampiasan emosinya yang tidak tersalurkan. Jadi jika memiliki Murai Batu dengan karakter fighter tinggi, maka harus sering-sering dipertemukan dengan Murai Batu lain untuk ditrek atau membawanya ke arena Latber agar emosinya juga Pentingnya terapi kandang umbaran untuk Murai Batu Demikian sedikit informasi tentang penyebab dan cara mengatasi Murai Batu kanibal / cabut bulu yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar burung Murai Batu MB, dapat dibaca pada artikel On Kicau yang lain. Semoga bermanfaat Terima kasih
Burung murai termasuk ke dalam genus Copsychus dengan nama lain Shamas. Jenis burung ini mudah ditemukan di hutan tropis Afrika serta Asia dengan kondisi rindang akan pepohonan dan dedaunan. Di Indonesia, murai batu merupakan salah satu jenis murai yang paling digemari dibanding jenis lainnya. Kicaunya yang nyaring membuat burung murai dijadikan burung peliharaan. Selain itu, burung dengan harga relatif mahal ini banyak yang diikutkan pada lomba kicau. TaksonomiHabitat Burung MuraiCiri & Morfologi Murai1. Warna Bulu Unik2. Ekor Panjang3. Ukuran Tubuh Murai4. Jenis Kelamin5. SuaraKeunikan Burung Murai1. Meniru Suara Burung Lain2. Jinak Pada Pemiliknya3. Bentuk & Kicauan4. Tiga Macam Warna5. Suka Tantangan Burung murai atau shamas merupakan burung pemakan serangga berukuran sedang. Selain gemar memakan serangga, pakan lainnya ada dari jenis buah-buahan. Genus Copsychus dikenalkan oleh naturalis Jerman, Johann Georg Wagler tahun 1827. Ia membagi burung murai dari genus tersebut menjadi 12 spesies, yaitu Copsychus fulicatus / Murai IndiaCopsychus saularis / Murai KampungCopsychus pyrropygus / Murai Ekor KuningCopsychus sechellarum / Murai SeychellesCopsychus mindanensis / Murai FilipinaCopsychus malabaricus / Kucica HutanCopsychus albiventris / Murai AndamanCopsychus luzoniensis / Murai Alis PutihCopsychus niger /Murai Ekor PutihCopsychus cebuensis / Murai Hitam Dari genus tersebut, Murai Seychelles merupakan salah satu burung yang populasinya paling sedikit atau langka. Diperkirakan keberadaannya terancam punah dengan total populasi kurang dari 250 ekor. Berikut adalah klasifikasi ilmiah burung murai secara umum, yaitu KerajaanAnimaliaFilumChordataKelasAvesOrdoPasseriformesFamiliMuscicapidaeGenusCopsychus Habitat Burung Murai Murai adalah burung yang berasal dari Asia. Di Indonesia, kelompok habitatnya ditemukan di berbagai hutan sekunder yang memiliki pepohonan hijau dan lebat. Jenis hutan dengan ciri demikian banyak terdapat di Pulau Jawa, Kepulauan Sumatera, hingga Kalimantan. Di Pulau Jawa, habitat murai mulai jarang ditemukan. Sebab penyebarannya menjadi tidak merata serta sangat terbatas karena kondisi hutan Jawa yang semakin memprihatinkan. Habitat murai di Jawa hanya ditemukan di beberapa kawasan konservasi dan cagar alam, seperti di Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Ujung Kulon. Satwa yang dikenal menguasi teritorial daerah habitatnya ini memiliki perilaku yang begitu khas, yakni akan menjadi lebih aktif serta protektif dalam mempertahankan wilayahnya jika disusupi oleh individu lain. Ciri & Morfologi Murai Ciri-ciri murai antara jenis satu dan lainnya terbilang hampir sama, meski tiap jenis berada di habitat dan wilayah kepulauan yang berbeda. Secara umum, karakteristik morfologi burung murai adalah sebagai berikut 1. Warna Bulu Unik Warna bulu satwa dari kelas Aves ini dominan hitam, kecuali pada bagian bawah dengan warna sedikit berbeda. Pada tubuh bagian bawah, terdapat bulu dengan warna lebih terang atau sedikit jingga. 2. Ekor Panjang Spesies murai mempunyai ekor cukup panjang dengan ukuran 20 cm sampai 30 cm. Ekor panjangnya akan tegak berdiri ketika sedang terkejut atau berkicau. Tetapi ada beberapa jenis murai ukuran ekornya lebih pendek atau kurang dari 20 cm. Sejumlah pendapat mengatakan bahwa ukuran ekor yang lebih pendek merupakan keuntungan tersendiri yang dimiliki burung. Sebab, staminanya tidak mudah habis sehingga volume serta kicaunya lebih lama. 3. Ukuran Tubuh Murai Ukuran panjang tubuh burung berwarna hitam ini sekitar 14 cm hingga 17 cm. Untuk jenis murai jantan, ukuran tubuhnya lebih besar dari pada betina. Beberapa jenis murai mempunyai tubuh yang berukuran kecil, namun ada pula yang lebih besar dari ukuran biasa. Pada spesies yang berukuran lebih kecil, daya tempur dan daya tahan tubuhnya lebih baik. Murai dengan daya tarung bagus biasanya berasal dari perkawinan silang dari dua jenis mura berbeda. 4. Jenis Kelamin Jenis kelamin burung murai terdiri atas jantan dan betina. Apabila kita ingin mengetahui jenis kelamin pada burung ini, sebaiknya tunggu hingga berumur satu bulan. Di bawah umur tersebut, biasanya penampakan jenis kelamin murai belum begitu jelas. Murai betina memiliki paruh berukuran lebih kecil serta melengkung dibandingkan jantan. Ukuran matanya tampak standar apabila dibandingkan dengan spesies jantan. Perbedaan lainnya juga tampak dari ukuran kepala dan bentuknya yang lebih kecil dan pendek dari jantan. 5. Suara Burung murai dikenal karena kemerduan kicaunya. Dalam berbagai kompetisi kicau, satwa dengan bulu indah ini kerap dijadikan jagoan. Salah satu kriteria dari lomba kicau murai adalah mencari suara yang paling nyaring dan merdu didengar. Suara burung jantan lebih lantang. Selain itu variasinya lebih banyak apabila dibandingkan dengan betina. Murai betina cenderung bervolume suara lebih pelan dan kecil. Keunikan Burung Murai Murai termasuk ke dalam kategori burung langka. Angka populasinya yang kian menurun setiap tahunnya menyebabkan keberadaannya semakin dicari oleh pecinta burung. Burung murai semakin populer berkat keunikan-keunikan yang dimilikinya, antara lain 1. Meniru Suara Burung Lain Burung murai, khususnya murai batu memiliki karakter sedikit tempramental. Tetapi pada sisi lainnya sikapnya cukup lucu. Jenis satu ini mampu menirukan kicau burung lain yang ada di sekitarnya. Bahkan kemampuan menirunya tidak hanya monoton. Karakternya yang menyukai tantangan membuatnya sanggup menirukan suara lawannya dengan lebih lantang. Perilaku unik ini membuat burung murai lebih unggul di pertandingan. 2. Jinak Pada Pemiliknya Kemampuan adaptasi terhadap lingkungan murai sangat menarik. Walaupun berada di lingkungan baru, burung mahal ini tetap dapat hidup dengan nyaman. Sifatnya juga mudah jinak terhadap pemiliknya. Perilaku unik inilah yang membuat banyak digemari oleh pecinta burung. 3. Bentuk & Kicauan Kelebihan lainnya dapat dilihat dari fisik dan kicaunya yang begitu unik. Suara kicau murai sangat disukai karena sangat merdu. Variasi irama-irama yang dihasilkannya juga sangat beragam. Dari segi fisik, bentuknya sangat indah dan unik. Untuk kompetisi, burung murai terkenal tangguh. Sebab stamina yang dimilikinya sangat bagus. Apalagi jika didukung dengan perawatan maksimal. 4. Tiga Macam Warna Warna bulu murai sangatlah unik. Pada tubuhnya terdapat kombinasi warna bulu hingga tiga macam. Tiga jenis warna ini begitu menawan. Bagian-bagian warna yang berbeda terlihat pada bagian tubuh atas, bawah, dan bagian lain seperti kepala, sayap, ekor, hingga leher. Perbedaan warna yang dimilikinya terdapat pada posisi yang berbeda-beda. Tergantung pada tiap jenisnya. Hal ini juga dapat menjadi identitas tersendiri yang sangat khas. 5. Suka Tantangan Burung murai, khususnya murai petarung memiliki sifat yang suka terhadap tantangan. Sikapnya mudah marah karena karakter bawannya memang tangguh. Apabila mendengar kicau burung lain dan dianggap sebagai tantangan musuh, hal ini akan membuat emosinya tersulut. Murai akan siap bertarung dengan memberikan tanda khusus, yakni membusungkan dada serta perutnya. Selain itu, ekornya akan tersentak sebagai tanda dialah penguasa di daerah tersebut.
jumlah bulu sayap burung murai batu